Belajar cinta di lampu merah
Hari ini…
Di persimpangan jalan, seorang pengemis tua duduk bersama seorang bocah di pembatas jalan. Si ibu berkulit gelap, dihiasi kerutan tua mendekap bocah laki-laki yang tertawa riang. Hari itu adalah hari yang biasa bagi mereka. Duduk di pembatas jalan, menunggu sisa kasihan dari orang yang lalu lalang. Si bocah mencium kedua pipi dan kening si ibu kemudian tertawa. Si ibu tersipu lalu menatap kosong ke depan. Mungkin lelah menunggu sesuatu untuk dibawa pulang hari itu. Dua orang yang (mungkin) sudah dianggap tidak ada. Si bocah lalu mengganggu si ibu kembali. Diambilnya sekeping uang logam, diletakkan di atas kepala si ibu. Beberapa kali dilakukan si bocah sampai saatnya si ibu menyerah, ikut tertawa bersama si bocah lalu menciumnya sayang.
Mobil SUV besar buatan Jepang membatasi aku dan mereka. Bercanda riang tak peduli sepasang mata memandang sedari awal.
Sial! Sekelilingku menyalak, menggonggongku dengan keras! Lampu kurang ajar itu masih merah, tinggal beberapa detik lagi. 2 menit sekian detik adalah waktu yang terlalu lama bagi kebanyakan orang. Bagiku, waktu tersebut saya belajar sesuatu.
Wah, pengalaman singkat yang menyentuh sanubari yang paling dalam ya. Ayo rajin-rajin menulis lagi, kasihan kan para pengunjung blog kalau tidak mendapatkan sesuatu yang baru, setidaknya sebulan sekali… atau baru repot ngajari Valiant ya? Sudah bisa apa aja? ^^
Comment by wongmuntilan — 10/02/2010 @ 11:41 amBenar mbak, sibuk ngurus dan mengajar si Valiant. Julukannya sekarang “Little Koala” karena sering minta gendong, manja dan manjat tubuh si ayah kalo digendong. Suangggggat aktif mbak
Tapi nanti saya berjanji akan share dan buat kategori khusus “Parenting” untuk sharing pengalaman menakjubkan bersama “Little Koala”. Sabar mbak…
Comment by kamaruddin — 12/02/2010 @ 2:24 pmSip…sip… ditunggu sharing-nya ^^
Comment by wongmuntilan — 13/02/2010 @ 11:00 pmsiapapun ternyata bisa jadi guru dalam kehidupan, dan dimanapun kalau kita mau buka mata dan mengasah hati, kita bisa mendapat pelajaran berharga dalam hidup.
Comment by kakakina — 26/02/2010 @ 9:12 pmBro…
Comment by tonggo — 30/07/2010 @ 11:33 amKisahmu sangat menyentuh…
Kisah di lampu merah pernah jga kualami…
Kisahnya kemudian kubuat ke cerpen berjudul ‘Lampu Merah’…
Link: http://tonggo.wordpress.com/2008/08/05/lampu-merah/